Bab 18: Puncak yang Berbeda
Setelah keberanian Rio menolak ajakan Damar, sebuah pintu baru terbuka. Acara desainer itu menjadi titik balik profesionalnya. Ia tidak hanya mendapatkan inspirasi, tetapi juga koneksi yang tulus. Salah satu desainer yang ia temui, yang bekerja di agensi periklanan ternama, sangat terkesan dengan portofolio Rio. Ia tidak meminta bantuan atau ide gratis, melainkan menawarkan sebuah kolaborasi.
Proyek ini adalah yang terbesar dan paling bergengsi yang pernah Rio tangani. Ini adalah kampanye iklan skala nasional, dan Rio diberi kebebasan penuh untuk mengeksplorasi ide-idenya. Rio bekerja dengan semangat yang baru. Ia tidak lagi merasa tertekan oleh ekspektasi, tetapi termotivasi oleh gairahnya. Ia bekerja dengan tim yang profesional, yang menghargai setiap masukan dan idenya. Tidak ada lagi drama, tidak ada lagi pengkhianatan. Hanya ada kolaborasi.
Di tengah proyek ini, Rio menyadari sesuatu. Ia tidak lagi merasa harus membuktikan diri kepada siapa pun. Ia tidak lagi mengejar pengakuan. Ia mengejar kualitas. Ia bekerja keras karena ia mencintai pekerjaannya, bukan karena ia ingin dipuji.
Pada hari peluncuran kampanye, Rio duduk di sebuah kafe, menonton iklan itu tayang di televisi. Ia melihat desainnya, warnanya, dan pesannya. Ia merasa bangga. Bukan bangga karena ia berhasil, tetapi bangga karena ia berhasil dengan caranya sendiri, tanpa mengorbankan diri sendiri.
Tiba-tiba, ponselnya bergetar. Pesan dari Adrian. Gila, lo udah jadi orang sukses sekarang, ya! Iklan lo keren banget! Kapan-kapan kita ngopi-ngopi, dong! Lo kan udah kaya sekarang.
Rio tersenyum. Ia tidak membalas. Adrian tidak berubah. Ia masih melihat Rio sebagai sumber daya, sebagai orang yang bisa memberinya sesuatu.
Beberapa menit kemudian, ada pesan dari Luna. Rio, selamat! Iklan kamu keren banget! Aku bangga banget sama kamu!
Pesan itu membuat Rio tersentuh. Luna tidak meminta apa-apa. Ia hanya memberikan dukungan yang tulus. Itu adalah perbedaan yang besar.
Rio menyadari, ia telah mencapai puncak yang berbeda. Puncak karier, ya. Tetapi yang lebih penting, ia telah mencapai puncak dirinya sendiri. Ia tidak lagi terbebani oleh masa lalu. Ia telah belajar dari kesalahan, dan ia telah menjadi orang yang lebih kuat, lebih bijaksana, dan lebih bahagia. Ia tidak lagi membutuhkan pengakuan dari orang lain. Ia hanya membutuhkan pengakuan dari dirinya sendiri.
Malam itu, Rio menelepon ayahnya. "Ayah, lihat iklan Rio di TV?"
"Iya, Nak," jawab ayahnya. "Ayah bangga banget sama kamu. Kamu sudah jadi orang yang hebat."
Rio tersenyum. Ia tidak lagi merasa sendirian. Ia memiliki keluarga yang mencintainya, dan ia memiliki seorang teman yang tulus. Ia tahu, perjalanan hidupnya masih panjang. Tetapi ia tidak lagi takut. Karena kini, ia memiliki kompas yang baru, dan ia siap menghadapi badai apa pun, karena ia tahu, ia tidak akan sendirian.
